Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Novel: I Saw the Same Dream Again


  
Mimpi dan pesan dari takdir...

Karya Penulis I Want to Eat Your Pancreas

Sumino Yoru adalah salah satu penulis terkenal Jepang yang kini tinggal di Osaka. Sumino Yoru telah mulai menulis sejak di bangku SMA dan karya-karyanya telah diadaptasi menjadi film dan anime. Beliau merupakan sosok dibalik karya besar, I Want to Eat Your Pancreas, yang pastinya sangat terkenal di kalangan wibu, khususnya para pecinta anime romansa dan slice of life. Kedua judul ini telah terbit di Indonesia lewat Penerbit Haru.

Kisah dalam novel ini berpusat pada Koyanagi Nanoka, siswi SD ‘si paling pintar’ di kelas dan dekat dengan wali kelasnya, tetapi ia tidak punya teman. Dia selalu menghabiskan waktu di perpustakaan saat istirahat dan hanya berbicara dengan anak lelaki yang juga suka membaca, tetapi hanya sebatas teman kutu buku.

Dalam rangka mengisi hari kunjungan orang tua, para siswa disuruh untuk mencari arti kebahagiaan sebagai bahan presentasi. Koyanagi sendiri sangat antusias dan bingung apa arti kebahagiaan baginya. Ia memikirkannya selagi berkunjung ke beberapa tempat di mana ia bertemu beberapa perempuan yang berbeda dan menanyakan hal tersebut kepada mereka. Aktivitas itu terus ia lakukan hingga ia menyadari sesuatu yang janggal.

Apik dan Tak Pernah Lupa "Bawangnya"

Walaupun mengambil genre slice of life, salah satu ciri khas dari setiap tulisan Sumino Yoru adalah pembubuhan elemen melankolis. Sumino Yoru menaburkan unsur kesedihan ini di setiap karnyanya dan menjadikannya elemen penting dalam cerita. Selain itu, dalam novel ini juga menggambarkan bagaimana kehidupan manusia zaman sekarang yang sarat akan kesedihan dan penderitaan, seperti tingkah laku penderita depresi, kesendirian dan kesepian, serta perundungan dan tindak kriminal.

Alurnya sendiri tidak berbelit-belit karena hanya berfokus pada aktivitas tokoh utama yang sama dengan sedikit kilas balik. Koyanagi Nanoka dikisahkan dengan kata ganti ‘Aku’ dan ini pastinya membuat seakan pembacalah yang mengalami hal-hal menakjubkan, misterius, dan menyedihkan dalam cerita. Bahasanya pun dibuat dengan bagus karena banyak sekali perumpamaan yang dibuat oleh tokoh utama ketika berbicara. 

Tentang Permasalahan Orang Jepang Masa Kini

Koyanagi Nanoka adalah anak pintar, ceria, berani, dan penuh semangat yang sangat gemar membaca. Dia cukup menggambarkan orang-orang yang penyendiri dan atau ‘introver’ yang suka berinteraksi dengan orang yang sefrekuensi dengannya, seperti Ogiwara-kun yang meskipun berkebalikan dengannya. Pada akhirnya, hal itu membuat Koyanagi menyayangkannya. 

Karena tidak memiliki teman, setiap hari dia berkunjung ke apartemen Abazure-san yang merupakan wanita tuna susila. Dia ramah dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi Nanoka. Lalu, Nanoka pergi ke rumah Nenek yang ramah, murah senyum dan tentunya menjadi teman bercerita, terutama tentang buku. Kemudian, dia berjumpa dengan Minami-san yang agak tertutup dan memiliki gejala depresi di gedung terbengkalai. Dia kurang suka dengan Nanoka yang sok pintar dan cerewet.

Karena disuruh mempresentasikan tentang apa itu kebahagiaan saat kunjungan orang tua pada akhir caturwulan, Nanoka sering menanyakan hal itu kepada mereka bertiga. Namun, butuh waktu yang agak lama untuk mendapatkan jawabannya. Kehidupan Abazure-san, Nenek, dan Minami-san serta permasalahan dan penyesalan mereka pun mulai terungkap. Mereka bertiga memiliki kemiripan dengan Koyanagi dan saat anak SD itu menyadarinya, kenyataan pun datang menerpa. 

Peran orang tua tentu dimasukkan dalam kisah ini, di mana anak-anak seperti Koyanagi Nanoka berpikir bahwa orang tua mereka tidak peduli, padahal belum tentu. Ini jua menjadi pemantik permasalahan yang dihadapinya dan pertanyaan-pertanyaan sekaligus jawaban dari ketiga kawannya mengenai hal tersebut.

Sedikit Plot Twist dan Trigger Alert 

   Mungkin awalnya, pembaca, termasuk saya akan mengira bahwa ketiga tokoh yang menjadi sahabat Koyanagi Nanoka adalah orang yang berbeda. Namun, ternyata tidak demikian. Entah ini benar-benar dialami tokoh utama di dunia nyata atau hanya dalam mimpinya saja, kisah kehidupan masa lalu mereka bertiga sangat mirip dan bisa dikaitkan dengan kehidupan Koyanagi Nanoka. Hal ini sungguh mengejutkan.

Mimpi pun bisa berpesan kepada kita akan sesuatu, apalagi kalau memimpikan hal yang sama berulang kali. 

Novel ini penuh akan makna dan cerminan kehidupan, khususnya kehidupan manusia zaman sekarang. Inilah yang membuat novel ini terasa luar biasa bagi saya pribadi, yang mana unsur kesedihannya benar-benar terasa. Apaplagi dengan perjumpaan Koyanagi dengan ayah Kiryu-kun yang kemudian dilaporkannya kepada Abazure-san, lalu Abazure-san berkata, Cara apapun tidak masalah, yang penting dia menyudahi hari-hari yang terus berkelanjutan ini.

(Bruh …💀)

Jadi, jika kalian sensitif terhadap isu-isu depresi, sebaiknya pikirkan kembali sebelum membaca novel ini. Padahal saya saja yang baperan:v

Selain itu, hubungan anak dan orang tua yang juga disorot di novel ini menggambarkan bahwa keretakan sedikit sangat memengaruhi kehidupan di masa yang akan datang. Hubungan yang tak harmonis dapat menimbulkan depresi hingga penyesalan dan berakhir pada pilihan yang tidak tepat kemudian terulang lagi begitu.  

Hubungan Koyanagi Nanoka dengan Kiryu Hikari sendiri sudah sering ditemukan dalam banyak cerita serupa, di mana lelaki pendiam didekati gadis nyentrik dan akhirnya sudah bisa ditebak. Apalagi mereka masih kecil sehingga hubungan mereka bisa dikatakan sebagai osananajimi. Namun, karena itu hanya kisah minor di sini, itu masih bisa dimaklumi.  

Satu misteri yang agak mengganjal adalah adanya kecelakaan pesawat yang dikatakan Nanoka di akhir cerita. Apakah itu benar-benar terjadi dan kemudian menewaskan orang tua Koyanagi Nanoka atau malah mereka terselamatkan karena memutuskan untuk mengunjungi sekolah saat Nanoka melakukan presentasi tentang apa itu arti kebahagiaan? Pastinya, bila itu terjadi, maka masa depan Koyanagi kemungkinan akan sama dengan ketiga sahabatnya itu.

Belum Ada Adaptasi  Anime

Yang disayangkan, I Saw the Same Dream Again ini menjadi novel yang belum ada di layar lebar, baik anime atau drama, hanya diadaptasikan ke dalam bentuk manga seperti I Want to Eat Your Pancreas, kendati masih ada lagi karya Sumino Yoru yang begitu. Sekian ulasan saya dan mari kita nantikan saja info ke depannya.

Notable Quotes

[lihat kutipan]

Pertama, bertindak spontan adalah hal yang penting. Tetapi, berpikir sebentar dan mencoba menunggu sebentar sebelum bertindak juga sama pentingnya.”

Yang kedua, tidak selamanya melarikan diri dari hal yang tidak menyenangkan itu baik.”

Tidak semua kata-kata orang hebat atau orang yang muncul di televisi itu benar.”

- Hitomi-sensei -


Belajar untuk memahami hal yang belum dimengerti adalah hal yang penting. Sedangkan, mengira sudah mengerti hal yang sebenarnya belum dipahami adalah hal yang tidak baik.

Ya, hanya orang yang bisa berusaha sekuat tenaga untuk apa yang disukainyalah yang akan mampu menghasilkan sesuatu yang mengagumkan.

Tapi, manusia itu memang lebih mudah mengenang hal yang buruk dibanding hal yang baik di dalam hati.”

- Nenek -


Bagiku memotong nadi menenangkan.”

Bagaimana kau mengubah happy ending, semua tergantung pada bagaimana usahamu memperbaiki dan menyempurnakannya.”

- Minami-san -


Menurutku, kalau semua manusia di dunia ini suka membaca, dunia akan jadi damai. Kalau saja mereka mengerti bahwa ada hal yang menyenangkan seperti itu, pasti tidak ada yang berpikir untuk saling melukai.”

Jadi, seandainya, ada penyihir yang bisa mengubahmu menjadi siapa saja, pastikan kamu tetap memilih menjadi dirimu sendiri.”

kebahagiaan tidak datang mendekat, kitalah yang bergerak menghampiri.”

- Koyanagi Nanoka -


Seperti puding. Cinta saat masa kecil itu sangat indah karena hanya melihat bagian manisnya saja dan itut idak masalah. Tetapi, begitu menjadi dewasa, kita mulai memahami bahwa di dalam puding juga ada bagian yang pahit. Menyingkirkan bagian pahit itu sebelum memakannya, terlihat kekanak-kanakan. Itulah sebabnya bagian pahit pun dimakan bersama-sama.

- Abazure-san -


Skor Akhir: 8 


Posting Komentar untuk "Resensi Novel: I Saw the Same Dream Again"