Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Anime Kanojo to Kanojo no Neko (1999): Langkah Awal Makoto Shinkai

 

Kanojo to Kanojo no Neko © Makoto Shinkai
Mungkin dari kalian ada yang sudah pernah dengar atau bahkan sudah menonton anime ini, atau mungkin sudah nonton tapi versi tahun 2016. Ah, tapi saya baru nonton yang ini, versi tahun 1999 karena sudah terlanjur masuk watchlist dan susah didapat di lautan:v

Jadi, kali ini saya akan mengulas Kanojo to Kanojo no Neko (1999).

[Spoiler Alert!]


Karya Awal Makoto Shinkai

Kanojo to Kanojo no Neko adalah karya buatan Makoto Shinkai berdurasi empat menit dan berwarna hitam putih meski pada masa itu sudah lumrah anime berwarna. Kepiawaian Makoto dalam membuat anime estetik sudah dibuktikan dalam karya pendek ini. Tenmon sebagai komposer soundtrack ternyata telah membersamai Makoto sejak lama dan menjadi salah satu orang hebat yang ikut menambah kebagusan karyanya. Anime ini juga telah diadaptasi ke dalam manga yang rilis lebih awal ketimbang anime versi terbarunya di tahun yang sama, 2016.

Mimi dan Chobi © Makoto Shinkai 

Visualisasi lingkungan terbilang detail dan mantap, kendati untuk penggambaran tokoh kucing tampak dibuat sekadarnya. Tidak ada dialog suara, kecuali narasi dan monolog yang dibawakan oleh Makoto sendiri, sebagai Si Kucing, Chobi; sedangkan perempuan yang menjadi tokoh “Kanojo” hanya berbicara dua kalimat dan disuarakan oleh Shinomiya Mika yang juga mengisi suara Mikako di anime berikutnya, Hoshi no Koe. Wajah wanita tersebut tidak ditampakkan, kecuali mulut hingga dagu dan memiliki rambut sebahu. Namun, ciri yang diperlihatkan malah seperti bukan milik seorang perempuan, kendati ada banyak contoh bentuk muka dengan dagu lancip. Yah, harus berimajinasi keras bagi saya untuk membayangkan wajahnya secara keseluruhan. Tokoh lainnya adalah Mimi, kucing betina yang menjadi pacar Chobi dan mereka ditampilkan sedang berdialog, tapi bagian Mimi cuma sekadar teks saja.  

Sihir Spoken Words

Makoto Shinkai dalam anime pendek ini memamerkan kemampuannya merangkai kata-kata indah selayaknya novel, yang dibagi dalam lima babak seperti yang telah disematkan dalam animenya. Sehingga menonton Kanojo to Kanojo no Neko akan membuat pemirsa bak sedang melihat visualisasi cerpen yang sangat terasa. Selain itu, perpaduan musik dari Tenmon, spoken words, dan field recordings menjadikan audio anime ini sangat cocok sebagai pengantar tidur. 

Meskipun tidak ada drama berarti, saya ingin tahu lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh Kanojo. Apa yang menyebakannya menangis dan apakah ada tujuan tertentu saat dia naik kereta pada musim dingin? 

Yah, kendati berdurasi pendek, Kanojo to Kanojo no Neko yang menyuguhkan drama abstrak dan mengalir begitu saja mengingatkan saya pada karya Makoto Shinkai, Byousoku no 5 Centimeter yang juga belum saya dapat premisnya. Animasi alam hitam putih yang memanjakan mata bersama musik relaksasi yang mantap menjadikannya khas ala Makoto Shinkai.S

ekian...

Skor Akhir: 7.5

Posting Komentar untuk "Review Anime Kanojo to Kanojo no Neko (1999): Langkah Awal Makoto Shinkai"