Review Anime Nakita Watashi wa Neko wo Kaburu: Jadi Kucing Enak?
Terkadang kita ingin menjadi orang lain agar disukai dan atau diakui, bahkan akan jauh lebih baik jika kita adalah seekor kucing.
Info dan Sinopsis
Ketenaran Netflix sebagai platform streaming film telah menunjukkan kemampuannya dalam membuat serial/film orisinal, tak terkecuali anime. "Nakita Watashi wa Neko wo Kaburu" ("NakiNeko") adalah salah satunya.
Film berdurasi 1 jam 44 menit ini dirilis pada Juni 2020 dengan Studio Colorido sebagai penggarapnya, sedangkan versi manga rilis pada Maret 2020 dan ditangani oleh Kuromaru Kyousuke. Ceritanya berpusat pada Sasaki "Muge" Miyo, gadis sinting yang menyukai teman sekelasnya, Hinode Kento dan sering kali mengusilinya demi sebuah pengakuan. Saat Muge berada di pasar malam, dia bersua dengan kucing besar penjual topeng, lalu membeli satu. Ajaibnya, topeng tersebut dapat mengubah dirinya menjadi kucing putih. Akhirnya, dia juga mendekati Hinode saat berwujud kucing. Selain karena masalah orang tua, ada hal lain yang datang menghantuinya.
Review
Bila berbicara soal Netflix, ada meme terkenal yang sering dipakai untuk menyinggung kualitas adaptasinya. Namun, dalam karya orisinil ini, tim penggarap sudah bekerja dengan baik, kendati bukan berarti sempurna.
Visual secara umum sudah bagus, cukup berani untuk disandarkan dengan rilisan Studio Ghibli, bahkan cukup terpengaruh olehnya. Gaya desain karakter pun cukup mirip; tubuh normal sekadarnya dengan mata standar ala anime modern. Selain itu, seragam sekolah musim panas yang dipakai tampak agak asing, berbeda dari yang umumnya dipakai di anime, dan malah mirip seragam Korea Selatan atau Thailand. Namun, ini menjadi keunikan tersendiri.
Tema masalah keluarga dan krisis identitas membuat beberapa karakter sampingan mendapat jatah yang berarti pada cerita dan relevansi terhadap penonton. Lagu tema maupun soundtrack bermain guna melengkapi dan menghidupkan cerita serta menggugah perasaan dan kenyamanan penonton, semisal pada adegan hujan sambil ditemani nyanyian Yorushika.
Selain itu, unsur supernatural dipadukan dengan baik. Pemakaian kucing tampak cukup lazim dipakai alih-alih hewan peliharaan lainnya, seperti pada serial "Monogatari", "Noragami", dan "Soul Eater"; tapi sedikit berbeda dari yang pernah saya lihat karena penggunaan topeng sebagai ganti perubahan langsung.
Nah, pemilihan atas Yorushika tentu tidak bisa diremehkan dan menandakan anime ini bukan kaleng-kaleng. Kendati tidak mendapat rating 8 di MyAnimeList, "Nakita Watashi wa Neko wo Kaburu" ternyata berhasil menyabet penghargaan Excellence Award pada ajang Japan Media Arts Festival ke-24, yang artinya bahwa memang ada premis bagus di dalamnya ketimbang anime lainnya yang dijejali banyak fan-service berlebihan.
Pendapat Pengulas
Saya sudah menonton "NakiNeko" sekali, tapi tidak ada kesan yang membekas saat itu. Namun, dengan musik piano sinematik yang dipakai, saya rasa tidak ada salahnya untuk me-rewatch anime ini di lain waktu.
Anime tentang enaknya jadi kucing ketimbang jadi manusia nan penuh penderitaan ini sangat recommended buat kalian yang suka anime Studio Ghibli, garapan Makoto Shinkai, dan anime tanpa fan-service "sampah". Spesial untuk wibu waras pokoknya!
Pastinya "Nakita Watashi wa Neko wo Kaburu" tersedia di Netflix.
SKOR: 7.5/10


Posting Komentar untuk "Review Anime Nakita Watashi wa Neko wo Kaburu: Jadi Kucing Enak?"