Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Film Garfield (2004): Nostalgia Bersama Kucing Oren!


Star Rating

Kucing oren legendaris, Garfield, muncul dalam live action perdana pada tahun 2004—dua puluh tahun yang lalu— dengan kisah flat, biasa saja, tapi entah kenapa, saya merasa film ini begitu cepat selesai dan tentunya tanpa kesan yang kuat selain sebagai tayangan nostalgia.

Garfield (2004) adalah film keluarga garapan 20th Century Fox bersama Davis Entertainment berdasarkan komik strip berjudul sama karya Jim Davis yang rilis sejak 1978. Bill Murray menjadi pengisi suara si kucing oren, Breckin Meyer sebagai Jon, Jennifer Love Hewitt sebagai Liz, dan Happy Chapman diperankan oleh Stephen Tonolowsky. Pete Hewitt menjadi sutradara, yang sebelumnya menggarap Thunderpants.

Sinopsis 

Jon Arbuckle mendapatkan hewan peliharaan kedua, seekor anjing bernama Odie. Namun, Odie kemudian menghilang dan kucing Jon, Garfield, harus menemukan dan menyelamatkan anjing tersebut dengan caranya sendiri.

Ulasan

  • Plot Datar 

Seperti yang tertulis di atas, plot berjalan begitu saja, protagonis kucing oren muncul, membual diselingi nyanyiannya, berdialog dengan kawan, menanggapi kegiatan Jon, lalu anjing, si Odie datang, kemudian masalah kecil terjadi, Odie pun kabur. Kelanjutannya bisa ditebak; Garfield merasa bersalah dan nekad pergi menyelamatkan Odie dengan kecerdasan yang luar biasa bagi seekor kucing. Yah, setidaknya menjadi gambaran betapa barbarnya kucing oren yang ramai di media sosial belakangan ini serta representasi karakter kucing rumahan. 

  • Peran Manusia Biasa

Sementara itu, Jon dan Liz hanyalah orang biasa tanpa kontribusi atau aksi menarik. Kisah romansa mereka sangat-sangat biasa dan singkat. Happy Chapman bukanlah villain seperti Cruella DeVil (101 Dalmantians), sekadar orang stres yang ingin menghibur penonton, aksinya tampak begitu lancar dan simpel, menjadikannya membosankan. 

  • Efek 3D Lumayan 

Karena termasuk film live action yang melibatkan para binatang, maka efek visual 3D sangatlah penting. Garfield menjadi objek utama yang sayangnya diberi warna terlalu mencolok sehingga begitu jelas bahwa dia adalah animasi 3D—di peringkat kedua ada Louis si tikus, tidak seperti hewan lain yang hanya terlihat diberi mulut. Namun, untuk film tahun 2004, itu sudah lumayan bisa dimaklumi, setidaknya tidak tampak kaku dan secara personal, saya suka desain Garfield yang ini ketimbang versi animasi 2D-nya.

  • Tetap Dapat Penghargaan

Walaupun pada kenyataannya tidak memuaskan, mendapat rating 5, Garfield (2004) ini berhasil mendapatkan penghargaan atas kekurangannya, yakni The Stinkers Bad Movie Awards dengan kategori lagu penutup terburuk. Tidaklah mengapa bagi rumah produksi sebesar 20th Century Fox itu. Hahaha ...

Kesimpulan 

Mungkin juga sama bagi kalian bahwa film ini cuma sekadar pengisi waktu atau untuk bernostalgia. Jika suka film keluarga, coba saja film ini bersama sekuel lanjutannya. 

Posting Komentar untuk "Film Garfield (2004): Nostalgia Bersama Kucing Oren!"