Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Make Heroine ga Oosugiru!: Sudut Pandang Baru Anime Romance



Star Rating
Inilah salah satu anime komedi sekolah dengan visual mantul dan perspektif menarik pada musim panas 2024 kemarin; sambutlah Make Heroine ga Oosugiru!!

Anime Make Heroine ga Oosugiru! (Makeine: Too Many Losing Heroines!) merupakan garapan A-1 Pictures bersama Aniplex, Yomiuri Telecasting, Tokyo MX, Good Smile Company, BS11, Contents Seed, INSPION Edge, dan JR Tokai Agency pada summer 2024 berdasarkan light novel buatan Amamori Takibi dan ilustrator Imigi Muru.  

Sinopsis

Meskipun tidak paham betul akan romansa remaja sekilas, siswa SMA tahun pertama Kazuhiko Nukumizu masih bertanya-tanya bagaimana reaksinya jika hidupnya menjadi kisah cinta. Terlepas dari itu, sebagai "karakter figuran," Nukumizu puas melanjutkan hidupnya sebagai seorang introver dengan kehidupan sosial yang tak disorot. Namun, dia tiba-tiba mendapati dirinya menyaksikan teman sekelasnya yang populer, Anna Yanami, ditolak oleh teman masa kecilnya di sebuah restoran keluarga. Sementara Nukumizu berharap dia bisa melupakan apa yang dilihatnya, Anna akhirnya dengan paksa menceritakan dirinya pada Nukumizu, menyesali statusnya sebagai teman masa kecil yang ditakdirkan kalah. 

Saat ia terseret ke dalam situasi Anna, Nukumizu pun terjebak dalam drama hubungan dua gadis lagi: Lemon Yakishio, anggota klub atletik dan Chika Komari, anggota klub sastra yang pemalu. Nukumizu akhirnya mendapati dirinya sebagai karakter utama dalam kehidupan tiga heroine yang kalah.

Ulasan

POV Unik dan Kelengkapan Tokoh 

Apa yang membedakan Make Heroine dari anime romance lainnya ialah POV tokoh figuran dan lebih fokus pada para cewek loser dengan stereotip rambut pendek dan osananajimi. Ketiga heroine kalah diberi jatah 4 episode dengan urutan: Yanami Anna, Yakishio Lemon, lalu Komari Chika. Walaupun begitu, para tokoh utama yang berperan sebagai figuran di sini—Sousuke-Karen, Mitsuki-Chihaya, dan Tamaki-Tsukinoko—benar-benar menghidupkan alur, terlebih pada Mitsuki-Chihaya dan Tamaki-Tsukinoko. Chihaya sebagai musuh Lemon memainkan karakter jidat lebar yang agak unik bak Takagi bersama Mitsuki yang kurang peka, sedangkan Sousuke dan Karen mengisi romansa berbumbu ecchi. Tamaki-Tsukinoko—terutama Tsukinoko—menjadi yang tetap kooperatif dengan Komari dan Nukimizu karena berada di satu klub, klub sastra. 

Selain mereka, ada juga tipikal guru jomblo cebol lewat Amanatsu-sensei, guru UKS agak cabul, Konuki-sensei, adik MC berwatak brocon akut, Kaju, dan tiga cewek pilar OSIS yang punya karakter unik juga. Kesemuanya itu benar-benar menjadikan anime ini cukup lengkap akan berbagai stereotip tokoh dalam dunia animanga romance.

Visual dan Audio Mantap

Soal visual, A-1 Pictures berhasil memanjakan mata lewat lanskap realistis musim panas dan gugur di Kota Toyohashi, Prefektur Aichi. Satu hal menarik lainnya adalah pemilihan sekolah SMA Tsuwabuki sebagai sekolah tua di kota kecil yang mulai tak terawat. Saya menerkanya sebagai representasi dampak sosial-ekomomi akibat penurunan populasi di Jepang. 

Nah, dengan visual apik, maka bagian audio pun tidak mau kalah. Lagu pembuka dinyanyikan dengan penuh semangat musim panas oleh Botchi Boromaru feat. Mossa (Necry Talkie) beserta scene yang keren. Ada tiga lagu penutup di setiap sesi yang dibawakan oleh ketiga seiyuu karakter cewek utama. Yanami Anna (Tono Hikaru) membawakan lagu alternatif bernuansa nostalgia tahun 2000-an, Yoshiaki Lemon (Wakayama Shion) bertema sci-fi dengan referensi dari Ghost in the Shell, memberikan kesan kontemplatif, sedangkan Komari Chika (Terasawa Momoka) lebih terasa mellow dan sentimental ala karakternya yang introver akut. Oh, jangan lupakan sebagian original soundtrack garapan Utatane Kana yang membuat saya berhenti menonton karena lumayan depresif.

Kekurangan?

Yang kurang bagi saya di anime ini hanyalah dialog para tokoh nan terasa panjang sehingga tetap ada rasa bosan, meski secara keseluruhan, tidak masalah. Pengambilan gambar karakter pada jarak dan sudut tertentu juga masih bisa disebut sebagai kekurangan, tapi itu adalah hal lumrah. Keanehan lainnya ialah penggunaan empat pita berbeda-beda pada seragam sekolah cewek yang menyulitkan indentifikasi tingkat kelas.

Kesimpulan

Akhirnya, anime Make Heroine sukses masuk daftar anime favorit pribadi, membuat saya ingin tahu kelanjutan ceritanya, dan sangat berharap ada yang menerjemahkan novelnya. Maka, Make Heroine sangat recommended bagi yang suka anime drama, slice of life, dan romcom.

Posting Komentar untuk "Make Heroine ga Oosugiru!: Sudut Pandang Baru Anime Romance"