Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Novel Kitchen: Cinta, Air Mata, dan LGBTQ+

Star Rating

Dua kisah dramatis dari tahun 80-an yang tercemari unsur LGBTQ+ dengan alasan nan melankolis.  

Info Buku

Penulis: Yoshimoto Banana

Penerbit: Penerbit Haru 

Tahun: 2021 

ISBN: 978-623-7351-68-9

Halaman: 224

Blurb

“Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur.”

Semua tokoh dalam kumpulan novela ini mengalami pergulatan batin setelah ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai; orangtua, kakek dan nenek, kekasih.... Mereka menghadapi keseharian, kemudian menyadari dalam kesepian mereka bahwa dunia ini penuh dengan keseimbangan unik di tengah kematian dan kehidupan.

 Kitchen adalah karya debut Yoshimoto Banana yang telah memenangkan berbagai penghargaan literatur bergengsi. Melalui kalimat-kalimat yang disajikan dengan indah, Yoshimoto Banana akan mengajakmu menghadapi pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi karena khawatir dianggap rapuh.

Review 

Adanya Unsur LGBTQ+

Hal pertama yang mengejutkan adalah adanya unsur LGBTQ+ di sini, hanya itu yang agak merisaukan untuk mengulang novel rilisan 1988 ini. Tentunya hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa perkembangan komunitas itu di Jepang sudah muncul sejak zaman Edo dan mulai naik pada tahun 1970-an lewat organisasi lesbian, Wakakusa no Kai.

Pada cerita pertama diisi oleh seorang pria transgender/waria, Eriko-san yang mengubah perannya jadi Ibu Yuichi dan pada cerita kedua ada Hiiragi, sang cross-dresser yang memakai seragam gaya sailor untuk berkabung atas kematian pacarnya. Walaupun tindakan itu didasarkan pada rasa cinta yang dalam, hal ini masih tabu dan menjijikan bagi orang Indonesia, terutama kaum muslim. Namun, bila mengatasnamakan seni, dalam hal ini adalah sastra, itu merupakan sebuah kebebasan untuk menuangkan gagasan, yang tentunya kembali lagi pada perspektif dan pemahaman masing-masing. Sedangkan tokoh utama ada dua cewek, yaitu Mikage dan Satsuki.

Drama Melankolis

Untuk soal drama, saya menyukainya. Kesepian atas kematian orang terkasih membuat cerita ini cukup melankolis dengan gambaran lingkungan yang luar biasa memanjakan dan latar belakang para tokoh sebagai anak sekolahan membuat saya agak minder dan bersedih. Ada juga tambahan unsur supranatural dengan kemunculan arwah Hitoshi (pacar Satsuki di cerita kedua) pada momen tertentu yang menjadikannya seperti Kataware-doki di cerita Kimi no Na wa.. Karena berkaitan dengan dapur alias makanan, maka cukup banyak istilah-istilah kuliner yang telah diberikan glosarium tersendiri oleh Penerbit Haru untuk menambah wawasan.

Soal terjemahan dan editing, jangan ditanya. Saya sudah lupa dan tak ingin mengulangi bacaan ini, tapi jika diingat-ingat, cukup sedikit kesalahannya. Hahaha ...

Kesimpulan

Oke. Sekian ulasan singkat untuk novel Kitchen karya Yoshimoto Banana yang fenomenal ini. Tentunya sangat recommended terkhusus buat para kaum Lagibatuq, LGBTQ+ dan para simpatisannya.

Posting Komentar untuk "Resensi Novel Kitchen: Cinta, Air Mata, dan LGBTQ+"